KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Bulan dan Gerhana Bulan “
Dalam pembuatan makalah ini mulai
dari perancangan, pencarian bahan, sampai penulisan, penulis mendapat bantuan,
saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapakan terimakasih kepada Bapak Dedet Candra selaku dosen mata
kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dan kepada
teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan
datang, dan penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Padang, 19 April 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………….
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang…………………………………………………………….......
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………………….
C.
Tujuan Penulisan……………………………………………………………...
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Asal Mula Bulan…………………………………………………....................
B.
Sifat-sifat Fisik Bulan.........................................................................................
C.
Gerakan Bulan...................................................................................................
D.
Peredaran Sideris dan Sinodis..........................................................................
E.
Fase Bulan ( Rupa-rupa Semu Bulan..............................................................
F.
Peredaran Semu Sehari-hari.............................................................................
G.
Aspek Bulan........................................................................................................
H.
Orbit dan Librasi Bulan....................................................................................
I.
Tarikh Bulan (Kalender Bulan).......................................................................
J.
Gerhana.............................................................................................................
BAB
III PENUTUP
A. Simpulan………………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………
DAFTAR
KEPUSTAKAAN………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejarah
bulan terangkum dalam sejarah seluruh tata surya, yang kita percayai ada
beberapa tafsiran bebas, berumur lebih dari 4.500.000.000 tahun.
Bulan
adalah benda langit yang selalu mengiringi bumi,selain berotasi bulan juga
mengelilingi bumi dan bersama-sama dengan bumi mengeliling matahari. Bulan yang
di katakan sebagai satelit pengiring bumi masih mempunyai kejadian-kejadian
yang belum diketahui oleh manusia sehingga membuat para pengamat tertantang
untuk lebih mempelajari bagian-bagian dari bulan.
Dari
pengamatan-pengamatan tersebut dapat diketahui asal usul bulan,keadaan fisik
bulan, aspek-aspek bulan, peredaran-peredaran yang terjadi pada bulan, orbit
dan librasi bulan, tarikh bulan dan gerhana bulan.
Berdasarkan
hal tersebut di atas penulis tertarik untuk membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan bulan tersebut, sehingga penulis membri judul makalah ini
“bulan dan gerhana bulan”
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian di atas
dapat dirumuskan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana asal usul
bulan ?
2. Apa sajakah
sifat-sifat fisik bulan ?
3. Bagaimana gerakan
bulan ?
4. Bagaimana peredaran
sideris dan sinodis ?
5. Bagaimana terjadinya
peredaran semu sehari-hari ?
6. Bagaimanakah orbit
dan librasi bulan ?
7. Bagaimana menghitung
tarikh bulan (kalender bulan) ?
8. Bagaimanakah
terjadinya gerhana bulan ?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan
dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui
asal usul bulan.
2. Untuk mengetahui apa
saja sifat-sifat bulan.
3. Untuk mengetahui
tentang gerakan bulan.
4. Untuk mengetahui
tentang peredaran sideris dan sinodis.
5. Untuk mengetahui
terjadinya peredaran semu sehari-hari.
6. Untuk mengetahui apa
saja aspek bulan.
7. Untuk
mengetahui orbit dan librasi bulan.
8. Untuk mengetahui
cara menghitung tarikh bulan (kalender bulan )
9. Untuk mengetahui
terjadinya gerhana bulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal
Mula Bulan
Ada dua tori pokok mengenai asal mula bulan. Yang pertama memandang
bahwa dahulu bulan merupakan bagian bumi dan terpisahkan dari bumi oleh
kekuatan pasang air atau oleh daya tarik gravitasi dari sebuah bintang yang
lewat. Bukan dicabut dari lubang dalam kerak bumi, yang sekarang diisi oleh
Samudera Pasifik.
Teori kedua menekankan bahwa bumi dan bulan terbentuk pada waktu
yang hampir bersamaan dari suatu timbunan materi dingin, yang pada waktu itu
berkeliling di sekitar matahari. Proses serupa ditekankan pula bagi asal mula
planet-planet lain dan satelit-satelitnya. Dalam teori pertama, diduga bahwa
materi aslinya panas dan membentuk benda-benda yang sekarang menjadi dingin.
Sebaliknya teori kedua menggambarkan pembentukan bumi, bulan, dan benda-benda
tata surya lain dari materi dingin, beberapa diantaranya sekarang menjadi panas
sebagai akibat tekanan internal dan radioaktivitas. Teori ketiga menyatakan
bahwa bulan itu bekas planet yang terperangkap oleh bumi.
Menurut hipotesis yang kedua, bulan itu kira-kira sama tuanya
dengan bumi, yaitu sekitar 4.500.000.000 tahun. Akan tetapi sudah barang tentu
bagian permukaan bulan berbeda-beda menurut umurnya, tepat seperti halnya
dengan bagian permukaan bumi.
B.
Sifai
–sifat Fisik Bulan
1.
Permukaan
Bulan
Pertama kali Galileo mengarahkan teleskopnya ke bulan pada tahun
1609, ia melihat permukaannya secara cukup terperinci. Ia mengenal bernagai
gunung dan daerah gelap yang luas yang dinamainya “ maria”, karena ia
menganggap bahwa mungkin daerah itu laut. ( maria adalah lata Latin untuk
“laut” ). Kata “maria” masih digunakan meskipun sekarang kita mengetahui bahwa
di bulan tidak terlihat adanya kumpulan air.
Seorang pengamat bulan di bumi dapat membedakan daerah-daerah yang
terang dan yang gelap. Daerah yang terang pada umumnya merupakan tanah tinggi,
sedangkan daerah yang gelap merupakan daerah rata serta rendah. Banyak bagian
yang terlihat, bentuk bayangan-bayangan ke permukaan bulan.
Bagian permukaan yang terluas di bulan dan yang hanya dapat dilihat
dengan mata telanjang adalah maria. Bagian ini lebih gelap daripada bagian
permukaan selebihnya dan merupakan daerah-daerah datar yang ditabur dengan
batuan, serta dipenuhi oleh kawah-kawah. Yang terbesar adalah Mare Imbrium,
sekitar 1100 km melintang.
Sejumlah besar kawah yang sering disebut “dataran dinding”, sebab
kawah-kawah ini mengelilingi permukaan dataran yang mungkin terang warnanya
seperti bukit-bukit di bulan atau gelap seperti maria. Garis tengah kawah yang
terbesar dapat mencapai lebih dari 300 km. Beberapa kawah sangat dalam, begitu
dalamnya sehingga dasarnya selalu dalam bentuk bayangan. Namun ada pula kawah
yang semata-mata merupakan lubang dengan sedikit peninggian pada pinggirnya yang
mengelilingi bagian dangkal di tengah.
Anak sungai adalah lembah seperti sungai yang dangkal dan dapat
terlihat oleh bayang-bayang yang dilontarkan ke dalamnya. Anak sungai itu
mungkin merupakan celah pada permukaan, atau mungkin juga jurang curam yang terbentuk
oleh arus abu dari gunung-gunung berapi. Gunung-gunung bulan membentuk deretan
besar yang tak rata terutama terpusat di sekeliling maria. Tingginya dapat
diukur oleh panjang bayang-bayang yang dilontarkannya. Yang tertinggi, gunung
Leibnitz, mencapai 7.9 km.
2.
Jarak
Bulan
Bulan ( = luna ) adalah benda langit yang letaknya terdekat dengan
bumi, bahkan dia adalah satelit bumi (“pengiring bumi”). Dari hasil pengukuran
yang dilakukan, ternyata jarak rata-ratanya dari bumi adalah 385.000 km atau
1/375 jarak rata-rata bumi-matahari, atau juga 60 x jari-jari bumi.
3.
Besarnya
Bulan
Diameter bulan adalah 3.480 km, sekitar ¼ diameter bumi.
Planet-planet lain dalam tata surya kita mempunyai satelit, beberapa
diantaranya lebih besar dari milik kita. Akan tetapi, bulan kita adalah yang
terbesar dalam hubungannya dengan besar planet induknya. Massa bulan yang di
ukur dengan efek gravitasinya atas bumi, adalah 1/81 massa bumi. Volumenya 1/50
volume bumi. Oleh karena itu, bulan kurang padat daripada bumi.
4.
Kecerahan
Bulan
Bulan tidak mempunyai cahaya sendiri, tetapi bulan bersinar karena
cahaya pantulan. Persentase cahaya yang dipantulkan oleh bulan dikenal sebagai
albedonya. Bulan memantulkan rata-rata hanya 7% cahaya matahari yang jatuh
secara vertikal diatasnya. Karena di bulan banyak daerah cerah dan gelap,
beberapa daerah memantulkan lebih banyak cahaya, beberapa daerah lainnya
kurang. Seluruh cahaya yang kita lihat pada bulan, datang dari matahari, baik
secara langsung maupun tidak langsung sebagai sinar bumi, setelah pemantulan
dari bumi. Permukaan bumi merupakan reflektor yang jauh lebih baik daripada
permukaan bulan.
5.
Suhu
Bulan
Bila di bulan tengah hari, dengan matahari langsung di atas kepala,
suhunya 100°C. Pada malam hari suhu bulan turun sampai sekitar -116°C. Perbedaan yabg ekstrem tersebut terjadi karena bulan tidak
mempunyai atmosfer. Atmosfer bertindak sebagai selimut dan mencegah pendinginan
dan pemanasan yang melampaui batas. Bukti langsung bahwa bulan tidak mempunyai
atmosfer, diperoleh dengan memperhatikan okultasi, yaitu lintasan sebiah
bintang di belakang bulan. Seandainya bulan mempunyai atmosfer, bintang yang
lewat itu akan melenyap berangsur-angsur, tetapi bintang itu selalu menghilang
secara tiba-tiba pula pada sisi lain bulan.
6.
Air
Pasang
Ada dua pasang naik untuk setiap perjalanan bulan melintasi suatu
meridian atau garis utara – selatan bumi, terutama di sebabkan oleh tarikan
gravitasi bulan pada perairan samudera. Dalam perjalanan satu bulan terdapat
dua pasang purnama, yakni bila jarak pasang adalah terbesar, dan dua pang
penuh, yakni bila jarak pasang adalah terkecil. Pada pasang penuh tarikan
matahari dan bulan membuat sudut 90°. Oleh karena itu, pasang purnama terjadi pada bulan purnama dan buan baru.
Air pasang itu tidak terbatas pada samudera. Air pasang terjadi
dalam setiap badan air, di atmosfer, dan juga di bumi sendiri. Air pasang bumi
tidak sama besarnya dengan air pasang samudera, karena bumi pada dasarnya
merupakan massa padat yang elastis, sedangkan samudera merupakan zat cair. Pada
saat bulan menimbulkan pasang pada bumi, bumi menimbulkan pasang pada buan.
C.
Gerakan
Bulan
Ada 3 macam gerkan yang dilakukan oleh bulan sekaligus, yaitu
sebagai berikut :
1.
Bulan
bergerak/beredar mengelilingi bumi. Lama peredaran ini sama dengan lamanya
waktu berputar pada sumbunya (rotasi). Jangka waktu ini disebut satu bulan.
Akibat bagian bulan yang nampak dari bumi hanyalah sebelah muka yang sama saja,
sedang bagian bulan yang lain tidak pernah nampak.
2.
Sambil
melakukan putaran dan peredaran tersebut (1 dan 2) bulan bersama-sama dengan
bumi bergerak mengelilingi matahari. Jadi seolah-olah bulan dibawa oleh bumi
untuk mengadakan revolusi.
3.
Bulan
berotasi pada sumbunya secara lambat.
D.
Peredaran
Sideris dan Sinodis
1.
Peredaran
Sideris
Bulan beredar mengelilingi bumi (menempuh satu lingkaran penuh )
dalam waktu 271/3 hari atau tepatnya 27 hari 8 jam. Jika bulan pada suatu waktu
berada di suatu titik yang searah dengan suatu bintang tetap tertentu di
langit, maka setetlah 271/3 hari dia akan kembali, menempuh tersebut tadi.
Jangka waktu ini disebut bulan sideris atau bulan bintang (sier =
searah). Waktu peredaran ini disebut waktu peredaran sideris bulan.
2.
Peredaran
Sinodis
Setelah selama 271/3 hari bulan betul-betul sudah sempurna mengelilingi
bumi. Hanya pada waktu itu belum terjadi bulan baru. Hanya pada waktu itu belum
terjadi bulan baru, karena bulan baru itu terjadi bila bulan terletak kembali
searah dengan matahari (konjungsi / conjunctie) atau dengan kata lain perkataan
: bumi – bulan dan matahari terletak pada satu garis lurus.
Maka agar terjadi bulan baru lagi ( bumi-bulan-matahari satu baris)
bulan harus beredar ±21/3 hari lagi. Waktu antara 2 waktu berturut-turut
“berkumpulnya” kembali dengan matahari ini dinamakan bulan synodis/bulan
matahari (synode = pertama). Peredaran bulan dari bulan baru ke bulan baru
berikutnya seperti itu juga disebut peredaran synodis. Yang biasa digunakan
dalam hidup sehari-hari ialah bulan synodis, sebab fase-fase bulan (rupa-rupa
semu bulan ) dam waktu datangnya bulan-bulan baru ditentukan oleh peredaran
synodis.
E.
Fase
Bulan (Rupa-rupa Semu Bulan )
Fase bulan disebabkan oleh perubahan posisi relatif bulan,
matahari, dan bumi. Pada saat bulan nampak terang kepada kita di bumi itu hanya
sebagian bulan yang disinari matahari. Bagian yang menghadap ke bumi tidak
seluruhnya kena sinar matahari, melainkan kadang-kadang hanya sebagian saja,
dan kadang-kadang tidak sama sekali.
Apabila bagian cembung bulan menghadap ke Barat, maka itu adalah
bulan timbul, dan apabila menghadap ke timur bulan surut. Berjenis-jenis rupa
(bentuk) bulan seperti yang kelihatan pada kita itu disebut rupa-rupa semu atau
fase-fase dari bulan.
F.
Peredaran
Semu Sehari-hari
Bulan terbit di langit bagian Timur, mencapai kulminasi atas di meridian
langit, dan tenggelam di barat. Peredaran semu ini disebabkan oleh rotasi bumi
pada sumbunya.
Hanya lamanya bulan menempuh lingkaran peredaran sehari-hari tidak
sma dengan matahari. Misalnya pada suatu hari bulan merembang pukul 12.00
tengah malam, maka ternyata bahwa malam berikutnya saat merembangnya mundur
hampir 50 menit ( kira-kira jam 00.50 tengah malam )
Setelah bahan baru, bulan berangsur-angsur bergerak di langit
menjauh matahari dan mendekatinya lagi setelah bulan purnama. Waktu yang digunakan
untuk mencapai kulminasi-kulminasi yang berturut-turut ialah : bagi matahari 24
jam, bagi bulan 24 jam 50 menit.
Untuk ini bumi membutuhkan waktu 24jam/29= 50 menit
Jadi yang menyebabkan waktu merembang bulan
tiap hari mundur 50 menit adalah gerakan bulan sendiri dengan arah dari Barat
ke Timur.
G.
Aspek
Bulan
Fase bulan itu sejalan dengan aspek bulan,
yaitu kedudukan bulan terhadap matahari dilihat dari bumi. Aspeknya adalah
sebagai berikut :
1.
Konjungsi
Konjungsi adalah kedudukan bulan searah dengan
matahari. Pada saat itu bagian bulan yang menhadap ke bumi ialah bagian yang
sedang malam (gelap ), sehingga kita tidak akan melihat bulan bercahaya,
apalagi kedudukan bulan bersama-sama dengan matahari, sehingga langit terlalu
terang bagi kita untuk dapat melihat benda langit yang tidak mempunyai cahaya
sendiri itu. Dalam keadaan tertentu, pada aspek konjungsi ini akan terjadi
gerhana matahari.
2.
Oposisi
Oposisi adalah kedudukan bulan berlawanan arah
dengan matahari dilihat dari bumi. Ingat akan oposisi planet superior. Pada saat itulah
bulan tampak sebagai bulan purnama, bulan terbit bersamaan dengan matahari
terbenam dan terbenam pada waktu matahari terbit. Dalam keadaan tertentu pada
aspek oposisi dapat terjadi gerhana bulan.
3.
Kuarter
Kuarter yaitu pada saat bulan menempati kedudukan tegak lurus
terhadap gairs penghubung bumi matahari. Pada aspek kuarter bulan
memperlihatkan fase perbani waktu itu hanay setengah bulan yang terang. Terjadi
dua kali kuarter bulan dalam sebalum, yang pertama ketika bulan bertambah
besar, dinamakan kuarter pertama. Kuarter yang kedua ketika bulan bertambah
kecil, enam hari setelah purnama, disebut kuarter akhir.
4.
Fase
Sabit (Cresent) dan Benjol ( Gibbous)
Dalam satu sinodik, berlangsung pergantian fase bulan sebagai berikut
:
Bulan baru-sabit-perbani
awal -benjol-purnama -benjol -perbani
akhir -sabit -bulan
baru lagi.
H.
Orbit
dan Librasi Bulan
1.
Orbit
Bulan
Bulan tidak selalu terletak pada bidang yang sama. Baik bentuk
maupun posisinya yang relatif terhadap matahari dan bumi terus-menerus berubah.
Karena sebab inilah, bagian bulan yang terlihat dari bumi agak berbeda sehingga
setelah suatu periode waktukita dapat melihat 59% permukaan bulan pada suatu
tempat pengamatan di bumi. Perubahan–perubahan dalam orbit bulan terjadi dalam
daur-daur. Karena hal inilah, permukaan bulan yang dapat dilihat mengalami
gerak berguncang, atau librasi, yang menjadikan daerah-daerah kecil di dekat
tepi cakram yang dapat diamati itu terlihat.
2.
Librasi
Bulan
Bagian bulan yang dapat kita saksikan dari bumi ternyata lebih luas
sedikit dari separo bagian dari bulan separuhnya. Sebab kutub-kutub bulan
(“kutub” utara dan selatannya), begitu pula bagian-bagian tepi (kiri dan kanan)
dapat berganti-ganti tampak pada kita. Kejadian ini disebabkan oleh suatu
gejala yang disebut “gejangan” semu bulan terhadap bumi atau librasi bulan. Ada
3 librasi dikenal :
a.
Librasi
Dalam Garis Lintang
Librasi dalam garis lintang ini disebabkan karena sumbu bulan yang
letaknya miring (condong) terhadap bidang lintasannya dan tetap kedudukannya
selama peredarannya mengelilingi bumi.
b.
Librasi
Dalam Garis Membujur
Librasi dalam garis membujur ini terjadi karena kecepatan
bergeraknya bulan memgelilingi bumi tidaklah tetap, kadang-kadang cepat,
kadang-kadang lambat.padahal geraknya berputar pada sumbunya selalu tetap.
c.
Librasi
Paralaks
Librasi ini terjadi kerana adanya beda lihat antara orang-orang/
pengamat-pengamat yang berada di tempat-tempat yag berlainan letaknya di bumi.
Akibat librasi yang tiga macam itu, maka sesungguhnya orang di bumi
dapat melihat lebih dari separo dari bagian bulan. Menurut perhitungan (yang
dibulatkan) data-data itu sebagai berikut:
3/7 bagian bulan tidak pernah tampak dari bumi.
3/7 bagian tetap menghadap (dan tampak ke bumi).
1/7 bagian dapat di lihat karena librasi.
Jadi permukaan bulan yang dapat dilihat dan dikenal dari bumi
kira-kira ada 4/7
I.
Tarikh
Bulan (Kalender Bulan)
Perubahan fase bulan secara periodik digunakan untuk melakukan
perhitungan penanggalan atau kalender dikenal sebagai tarikh bulan (tarikh
Kamariyah, Lunar Calender), contohnya tarikh Hijriyah.
Satu bulan pada tarikh bulan sama dengan satu bulan sinodik,
lamanya 29,5 hari, tepatnya 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Satu tahun
Kamariyah lamanya 12 x 29.5 hari = 354 hari. Banyak hari dalam sebulan selama
setahun pada tarikh kamariyah berganti-ganti 29 hari dan 30 hari.
J.
Gerhana
(Eclipse)
Kata “eclipse” (gerhana) berasal dari kata bahasa yunani ekleipsis,
yang berarti “peninggalan” atau “pelalaian”. Gerhana disebabkan oleh bayangan bumi
dan bulan yang besar sekali. Kedua benda langit ini gelap. Ole karena itu, ketika kedua benda ini diterangi
oleh matahari, masiomg-masimg mempunyai bayangan yang menjulur ke dalam ruang
angkasa, jauh dari matahari.
Gerhana Bulan (Lunar Eclipse)
Agar suatu gerhana bulan terjadi, maka (1) bulan harus berada pada
bulan penuh dan (2) bulan harus berada didekat salah satu simpul orbitnya.
Panjang umbra bumi kira-kira 1.400.000 km dan jarak rata-rata bulan dari bumi
kira-kira 385.000 km.
Jika jalur bulan kebetulan melintas melalui pusat bayangan, bulan
dapat tetap gelap total selama kira-kira 1 jam. Bayangan dapat menutup daerah
bulan selama kira-kira 2 jam. Gerhana bulan mulai ketika bulan memasuli
penumbra dan berakhir ketika bulan meninggalkan
penumbra. Akan tetapi, terjadi sedikit penggelapan yang berarti sampai bulan
memasuki umbra.
Jika jalur yang ditempuh bulan di dekat tepi bayangan, fase total
gerhananya dapat berlangsung hanya beberapa menit. Jika jalur bulan sedemikian
rupa sehingga hanya suatu bagian dari cakramnya, dan tidak keseluruhan cakram
itu masuk ke dalam bayangan kerucut umbra, gerhana ini bersifat sebagian dan
tidak total.
a.
Bidang
Lintasan Bulan
“Lintasan bulan keliling bumi membentuk bidang yang tidak sebidang
dengan ekliptika.ekliptika adalah bidang lintasan bumi mengelilingi matahari.
Bulan mengelilingi bumi dengan lintasannya yang berbentuk ellips dan bumi
terletak pada salah satu titik api ellip itu, sehingga pada bulan pun sudah ada
bagian terjauh dan terdekat ke bulan. Bagian terjauh dinamakan apogea dan yang
terdekat perigea.
b.
Gerhana
Bulan Sebagian (Parsiil)
Gerhana ini hanya terjadi jika bulan dan matahari hanya sebagian
tertutup, artinya bulan hanya melalui bayangan inti.
c.
Gerhana
Bulan Penumbra
Pada waktu bulan berotasi dan bulan terletak pada simpul, umbra
bumi akan mengenai bulan atau dengan kata lain bulan akan masuk ke dalam umbra
bumi itu. Jika yang masuk ke dalam umbra itu hanya sebagian bulan purnama,
dinamakan gerhana sebagian (partial). Sebelum bulan memasuki umbra, seluruh
bulan berada di daerah penumbra, saat itu, seluruh bulan berada di daerah
penumbra, saat itu terjadi gerhana penumbra.
d.
Gerhana
Bulan Total
Gerhana sempurna (gerhana total), bilamana bulan masuk seluruhnya
ke dalam bayangan inti bumi. Tiap-tiap bulan yang sempurna tentu didahului dan
diakhiri oleh gerhana sebagian.jadi, jika pada suatu malam ketika bulan purnama
terjadi gerhana total atau gerhana penuh, keadaan yng dapat diamati
berturut-turut sebagai berikut :
Gerhana penumbra-gerhana
sebagian-gerhana
total -gerhana
sebagian-gerhana
penumbra-bulan
purnama kembali.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Bulan di tafsir bebas berumur 4.500.000.000 tahun dengan
sifat-sifat fisik seperti permukaan bulan, jarak bulan, besarnya bulan,
kecerahan bulan, suhu bulan, air pasang,
Di bulan terjadi 3 macam gerakan yang mana dilakukan sekaligus oleh
bulan yaitu :
1.
Bulan
bergerak/beredar mengelilingi bumi.
2.
Bulan
bersama dengan bumi bergerak mengelilingi matahari.
3.
Bulan
berotasi pada sumbunya secara lambat.
Selain itu bulan juga melakukan berbagai peredaran seperti
peredaran sideris dan peredaran sinodis, serta peredaran semu sehari-hari.
Bulan juga tidak selalu terletak pada bidang yang sama, baik bentuk dan
posisinya yang relatif terhadap matahari dan bumi terus menerus.
Perbuahan fase bulan secara periodik juga digunakan untuk melakukan
perhitungan penanggalan atau kalender yang dikenal sebagai tarikh bulan.seperti
halnya matahari,bulan juga mengalami gerhana seperti gerhana bulan sebagian,
gerhana bulan penumbra dan gerhana bulan total.
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Kosmografi. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS
(UNS Press)
Tjasyono, Bayong. 2006. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
MAKALAH
ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA
“BULAN DAN GERHANA BULAN”
OLEH
KELOMPOK 9 :
1. GUSRI RANDA (1106520)
2. FITRAH HAYATI (1106518)
3. ASEP (1106515)
4. PEBRI HARISKANTIO (110616)
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
No comments:
Post a Comment